Monday, January 25, 2010

Johannesburg, South Africa (20-27 January 2010)


Hampir satu minggu tinggal di Johannesburg memberi kesan baru bagi saya tentang Afrika Selatan. Saya yakin, dua kota lain yang akan saya kunjungi setelahnya juga akan memberi ‘bumbu’ yang lain atas pandangan saya, tapi let’s just say saat saya nulis ini, saya hanya tahu dari sisi Johannesburg saja.

Saat pada weekday hari saya dipenuhi dengan pertemuan dengan relasi, networking dan dinner; saat weekend saya dan teman-teman menyempatkan diri mengunjungi tempat-tempat menarik di sekitar Joburg (Sebutan orang local untuk kota Johannesburg).

Berikut adalah beberapa kesan dan tempat menarik yang saya temui:

Orang Afrika Selatan
Kesan pertama saya? Ramah. Baik yang kulit hitam maupun yang putih. Dengan masa lalu yang kelam di politik Apartheid dan rekonsiliasi yang dilakukan, tidak aneh kalau saya mengacungkan jempol pada mereka. Pada usaha untuk saling memaafkan dan bersama membangun Negara mereka. Memang masih banyak orang miskin yang berkeliaran di jalanan, banyak nya orang afrika hitam, tapi ada juga pengemis kulit putih. Di perkantoran juga masih didominasi kulit putih, sementara kulit hitam banyak yang kerja fisik.
Satu lagi, orang Afsel suka makan di luar rumah. Setiap saya masuk restoran, pasti penuh terus. Padahal itu pada hari kerja.
Ada juga persamaan tabiat buruk orang Afsel dengan orang Indonesia, yaitu suka main telepon genggam di pesawat dan membongkar bagasi pesawat sebelum pesawat stop. Malu ya ....

Kota Joburg
Johanessburg kota yang bersih. Tapi pagi dan sore macet dimana-mana. Ini mungkin juga karena banyaknya proyek infrastruktur yang dilakukan untuk persiapan Piala Dunia sepak bola yang akan dilakukan di Afrika Selatan bulan Juli nanti.
Saat pagi kita bisa melihat beberapa pekerja kulit hitam dipinggir jalan menuju tempat kerja kasar, begitu juga sebaliknya di sore hari.
Yang membedakan Joburg dari kota besar di Negara lain adalah:
- Saat mulai gelap, kota ini sepi. Mungkin karena orang takut keluar rumah karena issue keamanan. Ini juga nasehat yang saya dapat, Satu hal lagi yang agar tidak berjalan sendirian.
- Tidak didapati taxi resmi. Yang ada adalah mobil pengangkut berbentuk fan, tanpa pengenal sebagai kendaraan umum. Kendaraan ini hanya diisi oleh kulit hitam. Kebayang nanti kalau piala dunia, gimana para penngunjung bisa jalan-jalan ya?

Nelson Mandela Square
Pelataran besar dengan patung Nelson Mandela di sisinya, merupakan tempat yang cocok untuk melihat atmosphere cosmopolitan kota Joburg. Disisi pelataran ini dipenuhi dengan rumah makan, baik asia, eropa maupun afrika. Disini juga ada papan baliho besar lengkap dengan countdown menuju hari dimulainya Piala Dunia Sepak Bola 2010.
Asyiknya buat saya? Tempat ini berada satu area dengan hotel dimana saya menginap, Michaelangelo Hotel.

Chameleon Centre
Saat akhir pekan, dalam perjalanan ke Pilanesberg National Park, kami stop di Chmaleon Centre. Di tempat ini, kita bisa membeli kerajinan tangan dan souvenir Afrika dengan harga murah, seperti Pasar Sukowati di Bali DIsini juga kita bisa melakukan tawar-menawar. Saat meninggalkan pasar itu, saya menenteng empat kantong plastic penuh dengan oleh-oleh!!
Masih belum cukup,dalam perjalanan pulang saya balik lagi dan membeli satu plastic oleh-oleh lagi 

Pilanesberg National Park
Karena saya bermalam disini plus kesan dan foto nya juga bagus-bagus, maka cerita nya saya posting terpisah aja ya.

Soweto
Sama seperti Pilanesberg NP, karena kesan dan foto nya bagus-bagus, maka cerita nya saya posting terpisah.

Moyo Restaurant
Safari sudah, ke Soweto juga sudah, yang masih belum dinikmati adalah makanan asli afrika. Karena itu, satu malam kami dinner di Restoran bernama Moyo yang menyediakan makanan benua afrika, dari utara sampai selatan.
Malam itu saya memilih jalan aman saja, memesan oseng cumi Mozambique untuk starter dan sup kedelai Marocco untuk main menu. Teman yang lain ada yang memesan Springbok, sejenis kijang yang menjadi mascot tim rugby Afsel. Saya cicipi sedikit, rasanya seperti daging asap. Eh, setelah sedikit daging itu saya telan, teman saya bilang bahwa itu daging mentah!
Selain makanannya yang menarik, pelayan Moyo juga berseragam tradisional Africa dan tamu diberi face painting. Seru!

No comments:

Post a Comment