Tuesday, December 29, 2009

Manado, Sulawesi Utara (27-29 Desember 2009)


Setelah di Bunaken selama dua hari, kami melanjutkan liburan di kota Manado. Kami menginap di hotel Ritzy yang terletak di pusat kota. Beruntung kamar kami menghadap ke laut. Dari kamar, kami bisa liat pulau Manado Tuo dan area sibuk di pinggi pantai kota Manado.

Day 1 - Minggu

Dari Bunaken ke Manado kami naik taxi (Thank you God for having Bluebird in Manado!). Sebelum ke hotel, kami meminta taxi langsung membawa kami ke tempat jual souvenir, saya ingin beli hiasan dinding atau kerajinan khas Sulawesi Utara. Namun di toko yang menurut supir taxi adalah toko souvenir terbesar di Manado, kami kecewa. Ini karena pilihan barang yang ditawarkan sangat terbatas dan banyak yang bukan produk khas Sulawesi Utara ditawarkan juga disana. Namun saya sempatkan beli dodol pala beberapa bungkus. OK lah, mungkin dengan pergi ke musium kita bisa melihat atau mengenali kerajinan plus budaya asli Sulawesi Utara. Jadi taxi kami minta membawa kami menuju ke Musium Provinsi Sulawesi Utara. Apa mau di kata, musium ternyata tutup. Melihat rumput tinggi tak terawat di halaman musium, saya berharap dalam hati 'Sebelum itu rumput dirapiin, mudahan tidak ada guide yang bawa turis asing ke sini.'

Kekecewaan kami pagi itu terobati ketika kami tiba di Jalan Wakeke, satu jalan obyek wisata yang hampir tiap rumah disana berjualan makanan khas Manado. Primadonanya? apa lagi kalau bukan Bubur Manado. Saat melihat daftar menu, saya dan adik saya bingung, karena kami tidak menemukan bubur manado di menu. Tamu lain membantu kami bahwa dalam bahasa lokal, bubur manado adalah 'tinutuan.' Pantas, kalau itu banyak kombinasi nya dalam menu. Jadinya kami pesan Tinutuan dengan Sambal dabu-dabu ikan cakalang. Sedap banget!

Dari Wakeke kami istirahat di hotel. Walau hotel Ritzy sudah modern, hotel ini setiap pagi menampilkan musik kulintang yang secara life dibawakannya. Adik saya berangkat ke airport untuk kembali ke Jakarta meninggalkan saya dan dua anak saya, Lulu n Lilo.

Sore, kami bertiga pergi ke daerah Wakeke lagi. Kali ini saya pesan Mie Cakalang. Puteri saya berpesan bahwa ini terakhir kali dia mau menemani saya ke Wakeke, 'masak belum sehari udah dua kali kesini?'. Bagaimana ya, abis makanannya enak-enak. Dari Wakeke kami ke Pantai Malalayang. Sore itu pantai penuh dengan pengunjung. Tempat jual makanan juga banyak disana dan ternyata yang paling populer adalah pisang goreng.

Day 2 - Senin

Pagi hari Manado diguyur hujan. Tapi akan rugi sekali kalau kami tetap di hotel, jadi kami memutuskan tetap jalan-jalan. Pilihan kami adalah ke Tomohon atau ke Bitung. Di Tomohon dan sekitarnya kita bisa menikmati Kota Bunga itu, Woloan, ke Makam Tuanku Imam Bonjol dan ke Bukit Kasih. Sementara bila ke Bitung, kita bisa melihat Tarsius (Monyet terkecil di dunia), Tangkoko national Park dan Tangkoko Beach. Considering kami berasal dari kota kecil di dalam hutan dan monyet adalah tetangga kami, saya memutuskan untuk pergi ke Tomohon.

Pilihan saya jitu sekali. Tomohon adalah kota di dataran tinggi, setengah jam bermobil dari manado. Dalam perjalanan ke Tomohon kita dapat menemui banyak rumah tradisional manado, gereja, seminari dan kuburan kristen di sisi jalan. Untuk saya, ini adalah pemandangan baru. Kami juga stop dititik dimana kami bisa melihat kota Manado dari ketinggian dan tentunya mengambil beberapa foto.

Di Tomohon, kami stop di daerah Woloan. Disini adalah area tempat pembuatan rumah kayu khas manado yang bisa di knock down. Yang menbeli bukan hanya orang Indonesia, tetapi juga di ekspor sampai ke Eropa. Dari Woloan kami memutuskan langsung pulang ke hotel karena saya dan puteri saya pusing. Masih capai. Dalam perjalanan pulang saya stop di toko souvenir dan membeli beberapa gantungan kunci dari batok kelapa bertuliskan 'Manado.'

Malam terakhir di Manado, kami dinner di d'Terrace Cafe. Letaknya strategis menghadap ke laut dan bisa kamu tuju dengan jalan kaki dari hotel. Dari Terrace kita juga bisa melihat Pulau Manado Tuo, lebih dramatis lagi kalau dilihat saat senja. Kami pesan makanan sederhana, .... nasi goreng dan gado-gado. Ngak apa-apa, saya udah ngerasain makanan asli manado di Wakeke kok. Jadi back to basic doesn't hurt.

Saturday, December 26, 2009

Meeting Casts of 'Finding Nemo' in Bunaken, North Sulawesi Indonesia (25 - 26 December 2009)


Day 1

My kids, Lulu and Lilo, and I arrived Sam Ratulangi Airport of Manado North Sulawesi on the Christmas Day of 2009. The airport was hot and there was not many trolley available. Thank goodness, my sister Helga arrived from Jakarta not long after so at least my luggage trouble was sorted out.

A taxi took us to the hotel. There was a touchy moment when we found our taxi driver taking his son with him in the cab. "His mum with his sister visiting the relatives for christmas. So he has to come with me because there is nobody at home" the driver told us. For me, it is sad to work in a big day like that, we suppose to be with our family.

The hotel we stayed in, Santika, located in Tongkeina. We saw bufallos, dogs .... and hedgehogs on the street to the hotel. A bit remote isn't it? But the hotel is in perfect location, Bunaken and Manado Tuo islands are across the shore.... and at the hotel we also got acquantance with this cute dogAs we arrived in the afternoon, we just walked around the hotel and checked the boat for the next day. I was a bit worry as the weather was not very friendly, especially for snorkling. Hope the sun would come out on the next day.

Day 2

Sunny day!!

From the hotel pier, we were on the boat heading to Bunaken island at nine thirty in the morning. Everybody had the life jacket on.As we approaching the island, a church which looked like a fairy tale castle welcomed us.Then we arrived the island. When we got there, some locals offering us with many things. One lady offering us with mangoes and banana fritter. However, she got a giant dagger in the hand. Hard to say No isn't it?I paid 150,000 rupiahs to for two hours rental of small boat which took us to the snorkling location. Then, off we go. The truth is, among the four of us, only Lulu who could swim well. Lilo which is only five not very confident with his swimming, I am a new swimmer and Helga could not swim. But the beauty which appeared beneath the clear water, and of course the life jackets and a guide, got the fear away from us.

And there we were ..... with a chaotic start, but we enjoyed ourselves and saw the beauty of nature..The corrals, the fish and everything was sooo.... beautiful, so colorful. I did not take any pictures, because I didn't bring under water camera. But if you want proof, you can check the beauty of Bunaken in the internet .... or just come visit this marine park!

Lilo went on and off for snorkling. He could not stayed long on the boat. "Mama, I saw a lot of Dori" he said. Dori is talkative fish in the Disney Pixar movie 'Finding Nemo.'And Lulu, she is a champion. Not only snorkling by herself, she was occasionally my guide.

While enjoying the marine view, I did not realized that I got myself around the seawall. It was so dark .... I was so terrified and asked the guide to take me away from there.

After snorkling, we had lunch in the island. We had Manado food: Grilled fish, soup, 'dabu-dabu' chillie and fresh coconut. So yummy, especially for our empty tummies. Before leaving, we walked the island and bought souvenirs. It was a good day!

Note about Bunaken (From me):
- Don't compare the island with Gilies, the beauty of Bunaken is the marine park.
- Fresh water is expensive. We had to pay around 10,000 rupiahs for a gallon to wash.
- Better to get the boat from Manado as we can use it to the island and snorkling area. (Unlike me spending money for two boats ... shhh ..).

Thursday, December 24, 2009

Makassar (22-25 Desember 2009) - Day 3


Hari ketiga di Makassar, hari untuk belajar budaya dan sejarah Sulawesi Selatan.

Tujuan pertama kami adalah ke Fort Roterdam atau Benteng Ujung Pandang. Sesampai disana kami diantar oleh Tour Guide. Info pertama mengenai Benteng ini, dibangun sejak tahun 1500an namun dikuasai Belanda sejak 1600an. benteng terdiri dari kantor walikota belanda, gereja, penjara dan 'bestion' yang dipakai untuk memanta kedatangan musuh dari empat penjuru benteng.

Pertama kami ke musium yang terletak dalam benteng. Tour Guide menjelaskan Sulawesi selatan dari sisi geografis, budaya dan juga sejarahnya. Saya jadi tahu apa itu 'budaya siri', kenapa orang Makassar sangat ekpresif dan informasi lain yang sebelumnya saya tidak tahu. Dari musium baru kami mengitari bagian lain seperti kantor walikota dan penjara. Kami juga mendatangi penjara Pangeran Dipenegoro, namun karena hari itu hari libur jadi nya penjara tersebut dikundi. Saya hanya bisa mengitnip ke dalam lewat jendela.

Benteng Ujung Pandang dipelihara dengan baik, namun pengunjung nya masih banyak yang buang sampai sembarangan. Sayang sekali. Terlepas dari ini semua, pada kunjungan ini puteri saya bisa belajar langsung tentang perang di Makassar melawan Belanda.

Dari Fort Roterdam kami pergi ke Gowa untuk mengujungi Istana Raja Gowa yang sekarang dijadikan sebagai Museum Balla Lompoa. Dalam musium ini di tampilkan silsilah raja Gowa, ornamen ornamen kerajaan dan yang paling special hari itu saya diperbolehkan melihat mahkota raja yang disimpan di ruangan terkunci. Senangnya dipercaya untuk melihat mahkota emas bertahta permata itu. Mudahan tetap terjaga terus.
Dari Gowa kami makan siang di Mall Panakukkang. Mall nya besar dan ramai sekali. Saat itu kami makan siang jam setengah tiga sore, tapi semua restoran di mall itu penuh pengunjung. Berarti orang Makassar memang benar suka makan :)

Malam kami dinner di restoran Ballarate di hotel Pantai Gapura. Suasana resto di sisi laut, sunset yang indah di horizon mengakhiri jalan-jalan kami di Makassar. Lain wakuu kami akan ke sini lagi, masih ada pulau-pulau yang belum di kunjungi .....

Jalan-jalan yang sangat berkesan.

Makassar (22-25 Desember 2009) - Day 2


Hari Rabu di Makassar. Ini hari kedua kami di kota Anging Mamiri. Bangun pagi, setelah sarapan, kami naik becak dari hotel Aryaduta ke Anjungan Pantai Losari sampai ke Benteng Roterdam lalu terus lewat Jalan Sombaupu dan kembali ke hotel. Kami hanya stop sekali ke anjungan pantai untuk berfoto. Jalan Sombaupuu pagi itu juga sudah ramai. Saya sempat mengambil beberapa foto dari atas becak. Untuk dua anak saya, naik becak membuat mereka exciting karena di asal kami di Sengata tidak ada becak yang dikayuh.

Setelah makan siang di Mall Ratu Indah, kami berangkat ke Trans Studio. Beruntung, theme park indoor terbesar di dunia ini hari itu tidak penuh. Padahal saya sempat khawatir karena sudah masuk waktu liburan sekolah bisa-bisa tempat ini akan penuh. Tapi saya tidak seberuntung yang saya harapkan, kamera yang saya bawa ternyata tidak ada batere nya. Jadi kami puas bermain di Trans Studio, tapi tidak bisa berfoto. Dari 20 Wahana bermain, anak-anak saya sempat main 13 wahana.

Pulang dari Trans Studion, istirahat sebentar di hotel, berjalan kaki ke Anjungan pantai losari. Tempat nya ramai pengunjung yang baik muda mudi maupun keluarga. Banyak pula pedagang yanng menjual makanan maupun mainan. Anak-anak saya membeli bubble tiup. Dari anjungan kita bisa melihat matahari terbenam di horizon laut.

Hari kami ditutup dengan makan malam di Rumah Makan Ujung Pandang di Jalan Irian. Seafood nya OK banget. Pulag dari Makassar seperti nya saya harus mulai diet lagi!

Tuesday, December 22, 2009

Palu (22 Desember 2009)


Dalam perjalanan dari Balikpapan ke Makassar saya transit di Bandara Mutiara Palu.

Berikut foto kota Palu dari udara. Kota yang di dikelilingi gunung dan dibatasi oleh pantai yang panjang.

Makassar (22-25 Desember 2009) - Day 1


Akhirnya, setelah beberapa kali ke Makassar hanya untuk transit pesawat, akhirnya saya dan dua anak saya memutuskan untuk berlibur di Makassar. Memang, Trans Studio menjadi tujuan utama kami, tapi kami rencana habiskan tiga hari di Makssar, jadi tentunya lebih dari Trans Studio aja dong.

Day 1

Kami Berangkat dari Balikpapan jam 1 siang dan tiba di Makssar jam 3.30 sore. Pesawat transit di palu selama 20 menit. Bonus buat kami, karena kami belum pernah ke Palu sebelumnya. Dari pesawat saya dapat memotret kota Palu yang diapit gunung dan laut.

Di Bandara Makassar, nuansa yang pertama kami dapat adalah kebanggan warga nya atas kota mereka. Porter yang membantu mengangkat koper kami tersenyum lebar sambil berseru "Makassar!"

Kami beruntung karena ada teman yang menjemput kami di Airport (Terima kasih buat Imel, Bu Nani, Ella dan Pak Tappa). Dari Airport kita langsung ke Jalan Sumbaopu untuk membeli kerajinan daerah Sulawesi Selatan. Saya dapat dua nampan ukira Toraja, miniatur kapal pinisi, dua seruling (yang ternyata sampai malam ini kami tidak tahu cara membunyikannya!) dan dua botol sirup markisa. Sebelum meninggalkan Makassar saya janji akan balik lagi ke toko tersebut. Kami juga sempat ke toko mas di jalan yang sama, hiasannya bagus-bagus dan model ukiran sulawesi, tapi karena harga saya harus berpikir-pikir dulu. cuma kayaknya saya akan balik lagi ke sana nih ... :)

Dari Jalan Sombaupu, kami check in hotel. Kami menginap di Hotel Aryaduta dan beruntung dapat kamar yang menghadap ke Pantai Losari. Saya mengambil beberapa foto bagus.

Setelah istirahat, kami makan malam di restoran Dinar di jalan Lamadukeleng. Ikan yang disajikan dagingnya segar. Sekarang saya mengerti kenapa teman-teman saya yang berasal dari Makassar selalu bilang kalau ikan bakar daerah lain tidak ada yang sesegar ikan disini. Sepertinya orang Makassar suka makan di luar rumah, karena daerah restoran sangat penuh, padahal ini bukan malam liburan. Kami juga melewati rumah mantan Wakil Presiden Pak Yusuf Kala. saya membayangkan akan melihat sebuah isata atau rumah mewah. Ternyata, rumahnya sederhana untuk kapasitas seorang mantan wakil presiden.

Karena jagoan kecil saya sudah tertidur akhirnya kami putuskan kembali ke hotel dan melanjutkan acara besok hari.

Saturday, December 12, 2009

Tiga Hari di Hongkong (Maret 2009) - Day 1


Bulan Maret 2009 saya pergi ke Hongkong bersama dua anak saya, Lulu dan Lilo, dan adik saya Helga. Disneyland tetap menjadi tujuan utama kami. Saya ingin membawa Lilo yang saat itu baru empat tahun ke sana sebelum dia sadar kalau Mickey Mouse, Donald Duck, Snow White dan semua tokoh ini hanya fantasi belaka. Saya masih ingat waktu membawa Lulu beberapa tahun sebelumnya. Melihat Lulu berpelukan, tersenyum dan berloncat-loncat saat memandangi Gooffy atau berfoto dengan Cinderella. Rasanya pengalaman yang tidak terhitung harganya. Kalau terburu besar, pengalaman seperti ini tidak mungkin kita dapatkan.

Tapi tentunya Hongkong bukan hanya Disneyland, banyak juga tempat menarik yang pantas dikunjungi. Sarana transportasi di sana juga teratur sehingga wisatawan bisa dengan mudah pergi dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa takut tersesat. Jadinya, kami menghabiskan waktu disana selama tiga hari.

Perjalanan kami ke Hongkong cukup panjang. Dari tambang kami terbang ke Balikpapan selama satu jam, lalu naik Garuda selama dua jam ke Jakarta. Dari Jakarta naik Air Asia ke Kuala Lumpur. Di Kuala Lumpur, saya dan dua anak saya menunggu adik yang mendarat dari Bandung. Kami singgah di Kuala Lumpur dua malam, setelah itu kami terbang ke Hongkong.

Di Hongkong kami menyewa kamar lengkap dengan kamar mandi yang muat untuk kami berempat. Kamar sederhana ini merupakan bagian dari apartement yang dimiliki oleh seorang warga Indonesia dan berada di area Causeway Bay, area yang dipenuhi shopping Centre yang lengkap dengan stasiun kereta bawah tanah (mereka menyebut nya MTR). Easy access dan murah! Selain itu, Pak Wong, si pemilik apartment, juga meminjamkan kami tiket isi ulang untuk MTR, jadi kami hanya perlu mengisi 'pulsa' nya saja.


Day 1 - Hongkong Disneyland

Jam 9 pagi kami berangkat dengan MTR dan hanya ganti kereta dua kali, Central dan Sunny Bay station untuk sampai di Disneyland. Dari Sunny Bay naik kereta khusus yang membawa ke Theme Park yang terkenal ini. Kereta terakhir ini adalah kereta khusus untuk pengunjung, jendelanya berbentuk mickey mouse dan di setiap gerbong ada display patung perunggu tokoh-tokoh Disney.

Disneyland nya sendiri? Tiket masuk per orang sekitar 550,000 rupiah dengan rate saat itu. Didalam kita tidak perlu bayar lagi untuk masuk atau main di berbagai wahana, jadi bisa sepuasnya. Makanan dilarang bawa dari luar, harus beli disana. Harga makanan dan suvenir agak mahal, tapi worthwhile karena barangnya bagus dan restorannya di design dengan berbagai tema.

Kompleks nya dibagi dalam empat tema; Fantasy Land dimana kita bisa bertemu Cinderella, Winnie the Pooh dan lainnya; Tommorow Land tempat Stich, Buzz Lightyear dan tema mereka; Adventure Land yang dilengkapi dengan rumah pohonnya Tarzan; dan Mainstreet USA tempat tokoh utama Disney seperti Donald dan Daisy Duck. Karena kompleks nya besar sekali, biasanya kita tidak bisa mencoba semuanya dan antrian panjang saat liburan.

Dijamin, saat melewati gate masuk, Anda langsung merasa dalam dunia mimpi. At least I feel that way. Dari kecil saya sudah kenal dengan Mickey Mouse, Snow White dan teman-temannya. Film bioskop pertama yang saya tonton adalah Sleeping Beauty produksi Disney. Jadi jangan heran kalau saya juga menikmati Disneyland. Saya yakin Anda akan merasa hal yang sama saat disana.

Bulan Maret bukan peak season, jadi anak-anak bisa bermain sepuasnya tanpa perlu mengantri panjang. Kami berfoto dengan Cinderella (Yang kebetulan diperankan oleh gadis asia), dengan Snow White yang cantik sekali, dengan Mickey Mouse; dan Lilo bahkan dua kali berfoto dengan idolanya Gooffy. Lilo percaya bahwa itu Goofy yang dia lihat di TV selama ini! Kami juga menonton pentas drama musical Golden Mickey dan Lion King. Adik saya senang sekali karena ada pemerannya ganteng dan kekar :)

Kami makan siang di area Adventure Land. Yang menarik adalah, musik yang dimainkan di restoran adalah musik angklung! Well, berarti musik kita sudah mendunia (Asal jangan di klaim lagi ama tetangga ya!). Jam 3 sore ada Disney Parade yang dimulai dari area belakang Fantasy Land dan berakhir di Main Street USA.

Sekitar jam 8 malam, seperti biasa ada pertujukan kembang api di Istana Sleeping Beauty diiringi berbagai musik Disney misalnya 'The whole new world' nya Alladin. Buka deh website nya untuk informasi lengkap. Yang pasti, saat meninggalkan kesannya unforgetable, magical dan semua kata-kata bagus akan keluar. Hari itu kami meninggalkan Disneyland bersama ribuan pengunjung setelah pertunjukan kembang api.


Day 2 & Day 3 (Please see next posting).

Friday, December 11, 2009

Kota Tua Jakarta (15 Agustus 2009)


Hari Sabtu di Jakarta dan bingung mau ngapain? Buat saya it is a big deal. Karena jauh-jauh dari Kalimantan dan bengong di hotel menunggu hari Senin untuk bekerja lagi akan sangat membosankan. Tapi untuk long weekend yang ini saya sudah bikin plan dari jauh hari, diantaranya pergi ke Kawasan Kota Tua di Jakarta.

Research saya lakukan lewat internet dan majalah untuk memastikan saya bisa mengunjungi semua tempat yang menarik minat saya. Setalah itu, berbekal peta wisata Jakarta yang saya dapat di Blue Bird Taxi, saya siap berangkat dengan adik saya Helga.

Jam 10 pagi kami meninggalkan Hotel Sultan, dengan taxi kami menuju tempat pertama yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa. Agak jauh juga perjalanannya, tapi kami dibantu keadaan lalu lintas yang masih 'sepi' dalam konteks Jakarta. Sesampai di Pelabuhan???? Well, kami kecewa. Mungkin perasaan saya aja kali ya, tapi dari dulu saya mengharapkan melihat pelabuhan tua yang ada di lukisa-lukisan tetapi Pelabuhan Sunda Kelapa ternyata tidak setua atau sekuno yang kami bayangkan. Namun kami tetap berputar purat dengan taxi.

Next stop is Menara Syahbandar. Kami berharap akan lihat bangunan kuno, at least suasana yang lebih kuno dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Dan kami ternyata beruntung. Walaupun area nya kecil, berada di tengah-tengah wilayah yang padat dan bau ikan; menara ini menara asli dari jaman 1700an dan masih terawat. Saat itu ada beberapa turis lokal dan asing. Dengan membayar 2000 rupiah kita bisa naik ke menara. Di dinding tiap lantai menara ada banyak lukisan dan gambar tempo dulu yang diambil dari menara. Dari jendela menara kita bisa melihat sampai ke area Sunda Kelapa. Setelah mengambil beberapa foto kami balik ke taxi dan pergi menuju ke Mesum Bahari.

Sebenarnya Musium Bahari hanya sekitar seratus meter dari Menara Syahbandar, namun karena saya mau keep taxi yang mengantar jadi naik taxi juga deh. Kami minta taxi tersebut menunggu didepan museum karena kami pikir hanya perlu sepuluh menit di museem. Ternyata kami salah.

Museum Bahari adalah bekas bangunan jaman VOC, dibangun sekitar tahun 1700an juga dan katanya bekas gudang dan benteng (yang bener yang mana ya?). Tapi kalau dilihat dari bangunan sebenarnya bisa jadi gudang dan benteng (karena didalamnya ada meriam juga). Bangunan terdiri tiga lantai yang teratas adalah bagian kolong atap atau attic. Bangunannya sangat terawat. Sekali lagi, dengan membayar 2000 rupiah, saya dan Helga sudah bisa menikmati susana sambil belajar.

Museum ini memberi informasi mengenai sejarah bahari Indonesia dari jaman nusantara, kolonial sampai sesudah merdeka. Banyak gambar, display kapal mini dan kapal tradisional ukuran sebenarnya. Sambil mengitari museum saya membayangkan bagaimana susana kehidupan pada masa dulu dala bangunan ini. Bagaimana orang-orang yang ada dulu beraktivitas. Karena exciting, kami memasuki setiap ruangan dan naik ke tiap lantai. Tidak lupa mengambil beberapa foto. Namun ada beberapa bagian museum yang membuat bulu kuduk berdiri, terutama bagian attic dan bangunan belakang. Tapi overall, kami sangat puas, diminta bayar lebih dari 2000 rupiah juga pasti mau balik lagi. Keluar dari museum kami baru sadar kalau taxi sudah menunggu lebih dari setengah jam!

Next stop is Cafe Batavia, pasti dong, karena kami sudah lapar. Namun sebelum kesana, kami stop di area pasar ikan untuk beli kerajinan dari kerang. Cermin diameter 40 cm dengan bingkai kerang 75,000 rupiah. Good price! Saya juga beli dua bungkus kerang untuk oleh-oleh dua anak saya di Kalimantan. Mereka bisa pakai untuk kerajinan tangan.

Dari pasar ikan kami berangkat ke Cafe Batavia. Dalam perjalanan kami melewati bangunan tua seperti Jembatan Kota Intan, Cafe Galangan, dan banyak bangunan tua lainnya. Namun beberapa dari mereka banyak yang tidak terawat. Sayang sekali.

Kawasan tempat Cafe Batavia berada satu kompleks dengan Museum Fatahilah, Museum Wayang dan Museum Keramik. Mereka berada di tiap sisi lapangan yang ada di depan Museum Fatahilah (Istilah di eropa nya 'Square' kali ya). Pada hari itu sedang ramai. Di lapangan banyak tenda penjual makanan dan suvenir. Ada juga ondel-ondel dan penyewaan sepeda ontel. Setelah membayar taxi yang sudah kami pakai sekitar tiga jam, kami langsung ke Cafe untuk makan siang.

Interior Cafe cantik sekali, nuansa tahun 1920-30an. Harga makanan? Kalo untuk saya mahal, tapi sebanding dengan rasa dan suasana yang didapat. Jadi ngak rugi dong. Selesai makan kami istirahat dulu lalu melanjutkan jalan-jalan ke Museum Fatahilah.

Museum ramai pengunjung, terutama anak muda. Museum yang ini tidak sekuno Museum Bahari, tapi karena ini dulunya istana jadi megah sekali. Banyak mebel, lukisan dan hiasan jaman penjajahan yang dipamerkan. Karena ramai, susananya tidak spooky. Setelah pergi dari lantai ke lantai, ke bagian belakang bangunan dan penjaranya juga, kami mampr di toko suvenir yang berada dibangunan luar. Saya beli satu gantungan kunci berbentuk tower museum dan fridge magnet berbentuk onddel-ondel. Setelah itu kami istirahat sambl menikmati Kerak Telur di salah satu tenda penjual makanan di lapangan.

Tujuan terakhir kami adalah Musium Wayang. Yang pasti banyak wayang yang ditampilkan, dari wayang yang ada di seluruh Nusantara, sampai wayang yang ada di Mancanegara. Termasuk wayang hadiah dari beberapa Kepala Negara Sahabat yang berkunjung ke Indonesia.

Sekitar jam tiga sore kami naik taxi kembali ke hotel. Daerah Kota hari itu panas dan macet, syukurlah kami dalam taxi yang dingin. Sesampai di hotel kami masih membincangkan perjalanan ke Kota Tua. Sangat mengesankan. Semoga bangunan di daerah Kota Tua dirawat dan yang belum terawat pun akhirnya dirawat juga.