Setelah berkendaraan selama satu jam dari Semarang, akhirnya kami tiba di pusat kota Demak, tepatnya di sekitar Masjid Agung.
Demak adalah sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Saat memasuki kota ini kita akan merasakan suasana islami. Tentu, karena di Demak yang dulunya juga terdapat satu kerajaan islam, terdapat makam Sunan Kalijaga. Salah satu dari sembilan sunan atau Wali Songo.
Karena saat tiba di masjid masih jauh dari waktu sholat Juhur, saya dan anak-anak memutuskan untuk ziarah ke makan Sunan Kalijaga.
Mungkin teman-teman bingung ya, kok milih Demak? Well, yang ini memang sudah di rencanakan. Malah kita mau nya sampai ke Kudus dan Jepara. Akan sangat bagus buat anak-anak saya, agar mereka bisa langsung belajar mengenai sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa dan melihat bukti fisik nya. Kalo sampai Jepara juga, siapa tahu bisa ketemu sisa-sisa peninggalan R.A. Kartini.
Nah, jadi deh saya dan anak-anak ke Demak. Sayangnya, rencana ke Kudus dan Jepara harus dibatalkan karena ada satu ruas jalan yang sedang mengalami kemacetan. Takutnya kalau dipaksakan nanti malah terlambat balik ke Semarang nya, bisa ketinggalan pesawat ... gawat kan!
Sampai mana tadi ya? Oh, kami memutuskan untuk pergi ziarah ke Makam Sunan Kalijaga.
Lokasi Makam terletak sekitar 10 menit dari Masjid Agung. Entah karena saat itu sedang musim liburan atau memang itu suasana umumnya, banyak bis wisata yang parkir di dekan kompleks pemakamanan. Di sekitar sana juga banyak warung-warung makan.
Sebelum mencapai makam, kami melewati selasar pajang yang sisi kiri kanan nya diisi oleh penjual suvenir dari peralatan sholat, surban hingga gendang.Setelah melepas sendal dan memberi donasi, melewati kompleks pemakanan keluarga Kerajaan Demak, kami tiba di area Makan Sunan Kalijaga. Banyak peziarah yang dengan rapi duduk dan berdoa.Makam Sunan sendiri tidak kelihatan, tapi berada di dalam bangunan berbentuk rumah yang tertutup. Mungkin bertujuan untuk menghindari perbuatan sirik ya? Di sekeliling bangunan tersebut, banyak juga makam-makam lain.Terus terang, saya tidak pernah membayangkan bisa bawa anak-anak saya untuk duduk diantara banyak makam. Memang, lantai nya sendiri sudah di tegel dan besih, sehingga tidak takut kena tanah. Anak-anak malah sempat merapikan beberapa kertas halaman Al-Qur’an yang berserakan di lantai.
Kami berdoa beberapa saat.Kemudian saya mengambil beberapa foto setelah mendapat izin dari penjaga makam.
Dari kompleks makam, kami makan siang di Rumah Makan Rahayu. Tempat nya kecil, namun penuh pengunjung. Apalagi saat itu waktu makan siang.’Pasti makananya enak’, gumam saya dalam hati. Ternyata saya benar. Makanan unggulan warung tersebut adalah Asem-asem Demak.Ukuran per porsi nya sedang dan rasanya gurih. Karena saya tidak makan daging merah, maka saya hanya menikmati nasi, kuah dan potongan cabai nya. Rasanya tetap enak! Sementara anak-anak memesan ayam goreng.
Kami tiba lagi di Masjid Agung sekitar waktu Juhur dan langsung melaksanakan sholat.Setelah sholat kami berjalan-jalan di halaman masjid. Banyak pengunjung dan banyak juga penjual asongan. Sambil berjalan, saya jelaskan ke Lulu pentingnya peran Masjid Agung dan para sunan dalam penyebaran Islam di Indonesia, terutama Pulau Jawa.Well, ini memang jalan-jalan yang ngak biasa ya. Kecuali libur lebaran, ngak kebayang kan ngajak anak-anak ke Mesjid atau ke makam? Tapi kapan lagi bisa liburan sambil belajar dan ibadah. Jadi kalo ada orang tua yang mau coba, silahkan deh.
Sebelum selesai membaca catatan perjalan ke Demak ini, pasti masih ada yang mengganjal ya? Kok judulnya ‘Demak Kota Sakti’ apa ngak harusnya ‘Demak Kota Wali’? Wah, saya lupa cerita nih.
Alasannya adalah karena saat memasuki kota Demak, kami semua sempat dibuat terkejut-kejut akibat tingkah pengenadara motor nya. Mereka tidak teratur dan kadang-kadang langsung nyelonong entah dari mana, ngak pakai acara liat kiri kanan. Karena itu saya berpikir, ’Ini kota orang nya sakti semua .....!”.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment